Dosen ISI Padang Panjang Sumatera Barat Raih Gelar Doktor Kajian Budaya di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang Sumatera Barat meraih gelar doktor Kajian Budaya di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unud, usai mengikuti ujian terbuka/ promosi doktor, Selasa, 25 Juli 2023 di kampus setempat. Ujian promosi doktor dilaksanakan secara hibrid dan disiarkan di kanal youtube di link berikut Linknya
Promotor Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha,M.A. (kiri) menyerahkan tanda lulus dan kenangan.
Eva Riyanti, S. Sn, M.Si., dinyatakan lulus setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Representasi Budaya Patriarki dalam Tari Legong Lanang di Kota Denpasar”. Dia dinyatakan lulus dengan predikat ‘sangat memuaskan’ sebagai doktor ke-276 di Prodi S3 Kajian Budaya atau doktor ke-193 di FIB Unud.
Tim penguji ujian terbuka.
Tim penguji terdiri atas Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. (Ketua), Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. (Promotor), Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M. Hum. (Kopromotor I), Dr. I Gst. Ayu Agung Mas Triadnyani, S.S., (Kopromotor II), Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U., Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati., S.ST., M.Si., Dr. I Wayan Suwena, M. Hum., Dr. Ni Ketut Puji Astiti Laksmi, S.S., M.Si.
Selain dosen dan mahasiswa, ujian promosi doktor juga dihadiri oleh Rektor ISI Padang Panjang Dr. Febri Yulika, S.Ag. M. Hum. dan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padang Panjang Dr. Irwan S.Pd., M.Pd. Hadir juga para penari yang menjadi narasumber dalam penelitian Eva Riyanti.
Dr. Eva Riyanti, S.Sn., M.Si.
Menariknya, ujian promosi doktor tentang tarian ini diwarnai dengan peragaan promovenda menarikan tari Legong Keraton, dan peragaan penari laki-laki dari ISI Denpasar menarikan bagian dari Legong Keraton. Penampilan mereka mendapat sambutan dari hadirin.
Legong Laki-laki
Di Bali, Tari Legong identik dengan jenis tari yang dibawakan oleh penari perempuan. Gerakannya umumnya lemah lembut gemulai dan feminin, sementara tari yang biasa dibawakan oleh laki-laki biasanya keras dan maskulin.
Dalam presentasinya, Eva Riyanti menjelaskan sebuah perubahan penting dalam praktik tarian Tari legong. Perkembangan dalam sejarah Tari Legong Keraton yang biasanya ditarikan oleh penari perempuan, belakangan juga ditarikan oleh penari laki-laki. Lanang dalam bahasa Bali berarti ‘laki-laki’.
Tari Legong Lanang awalnya muncul pada tahun 2014 di Peliatan, dipertunjukan pada tahun 2017 di PKB ke-39 di Taman Budaya Art Center Denpasar. Tari Legong Lanang ditarikan oleh tiga penari laki-laki yang memiliki keunikan. Keunikan pertunjukan tari Legong Lanang terletak pada kemampuan dan keterampilan penari laki-laki Tari Legong Lanang dalam melakukan gerak yang dibawakan perempuan.
Penari laki-laki memperagakan tarian perempuan saat ujian.
“Seorang laki-laki dapat melakukan pakem gerak tari Legong dengan ekspresi gerak tersebut, baik dilihat dari segi agem, tandang, tangkep dan tangkis sesuai dengan gerak tari Bali,” ujar Eva.
Fenomena ini layak dan relevan diangkat sebagai sebuah kajian cultural studies, khususnya sebagai bentuk representasi budaya patriarki dalam Tari Legong Lanang di Kota Denpasar.
Menurut Eva, perkembangan Tari Legong Keraton bisa dipahami sebagai proses kreativitas seniman, pengaruh dari pelaku seni, penikmat seni, teknologi, media dan memenuhi selera pasar serta datangnya modernisasi.
Rektor ISI Padang Panjang Dr. Febri Yulika menyampaikan pertanyaan.
Selain penguji, tanya jawab juga diajukan oleh hadirin yang mengikuti ujians ecara daring di kampus FIB Unud. Rektor ISI Padang Panjang Dr. Febri Yulika, S.Ag. M. Hum. juga mengajukan pertanyaan karena tertarik pada topik disertasi.
Rektor Febri Yulika melihat fenomena tari lintas gender itu dalam konteks budaya setempat. Kalau di masyarakat Bali yang patrilineal ada fenomena tari yang identik dengan penari perempuan ditarikan oleh penari laki-laki, maka di daerah Minang yang matrilineal juga menarik dilihat bagaimana kalau tarian laki-laki yaitu Tari Randai jika dibawakan oleh perempuan.
“Alangkah komprehensifnya kalau fenomena tari di Minang dan di Bali bisa dibandingkan,.” ujar Rektor Febri, sembari menambahkan bahwa ini adalah pertama kalinya sebagai Rektor menghadiri ujian promosi doktor staf akademiknya. Kehadirannya memberikan dukungan penuh kepada calon doktor.
Dr. Eva (Tengah) dan Rektor Dr. Febri Yulika (batik merah), dan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padang Panjang, Dr. Irwan
Dikembangkan di Padang Panjang
Dalam sambutannya sebagai promotor di akhir ujian, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. memuji kerja keras Eva dalam riset dan menyelesaikan studinya. Sebagai mahasiswa yang juga menyelesaikan pendidikan jenjang S1 nya di ISI Denpasar, Eva yang berasal dari Sumatera Barat itu dinilai memiliki modal yang cukup untuk meneliti tarian Bali.
Promotor Prof. Sutjiati Beratha
“Yang penting sekarang adalah, bagaimana Dr. Eva bisa mengembangkan Tari Legong Lanang ini kepada penari-penari di Sumatera Barat khususnya ISI Padang Panjang,” ujar Prof. Sutji.
Dalam kesan-kesannya, Dr. Eva menyampaikan terima kasih kepada para promotor dan dosen serta pimpinan FIB Unud atas pendidikan yang diberikan selama menempuh studi doktor di Kajian Budaya. Dia berharap kawan-kawannya dari ISI Padang Panjang tertarik memilih melanjutkan studi jenjang S3 di Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud.
Keseluruhan ujian yang berlangsung 2,5 jam itu berjalan lancar dan diwarnai dengan suka-cita akademik (dp).
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA