Kaji Pergulatan Komunitas Macapatan di Era Postmodern Yogyakarta, Dosen Universitas Triatma Mulya Bali Raih Gelar Doktor Kajian Budaya di Universitas Udayana
Dosen Universitas Triatma Mulya Bali Irawinne Rizky Wahyu Kusuma resmi menyandang gelar doktor Kajian Budaya setelah lulus dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor yang diselenggarakan oleh Program Studi Doktor Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Rabu, 6 Agustus 2025.
Di hadapan penguji, promovenda Irawinne Rizky Wahyu Kusuma (Winne) berhasil mempertahankan disertasi yang dipertahankannya berjudul “Pergulatan Komunitas Macapatan pada Era Postmodern di Yogyakarta.” Promotor & Penguji: Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum.; Dr. Nanang Sutrisno, S.Ag., M.Si.; Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.; Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A.; Prof. Dr. A.A. Ngurah Anom Kumbara, M.A.; Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S.; Dr. I Wayan Suardiana, M.Hum., Dr. I wayan Nuriarta, S.Pd.., M.Sn. (penguji luar dari ISI Bali).
Dengan kelulusannya, Irawinne tercatat sebagai doktor ke-260 yang dihasilkan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dan doktor ke-295 dari Program Studi Doktor Kajian Budaya.
Seni Tradisional vs Budaya Populer
Dalam presentasinya, Irawinne menyoroti fenomena keterdesakan nilai-nilai tradisional akibat pengaruh budaya populer yang semakin dominan. Dalam konteks ini, komunitas macapatan muncul sebagai wujud perlawanan terhadap budaya instan yang meluas.
Kesenian macapat yang berkembang di Yogyakarta tetap berupaya eksis dengan bingkai pemikiran postmodern. "Oleh karena itu, disertasi ini bertujuan mengungkap bentuk, ideologi, dan implikasi pergulatan komunitas macapatan pada era postmodern," ujar Winne.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen, serta dianalisis melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Kajian ini dibingkai secara teoritis melalui teori relasi kuasa, dekonstruksi, ideologi, dan hibriditas budaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bentuk-bentuk pergulatan komunitas macapatan mencerminkan usaha adaptif mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam situasi sosial yang terus berubah; (2) Ideologi di balik pergulatan tersebut mencakup konservatisme, multikulturalisme, dan inklusivisme, (3) Implikasi pergulatan tampak dalam kebertahanan komunitas, internalisasi nilai-nilai, dan hibridisasi budaya macapat secara sinergis.
Disertasi ini secara teoritis menegaskan pentingnya penyesuaian tradisi dengan perkembangan zaman agar tetap relevan dan mampu menjangkau generasi muda serta masyarakat luas. Secara empiris, ditemukan adanya bentuk macapat gaya baru yang merupakan hasil hibridisasi budaya.
Pelaksanaan ujian berjalan meriah dan menarik. Promovenda tidak hanya menyampaikan presentasi dengan sangat baik, tetapi juga menjawab pertanyaan para penguji dengan memberikan contoh tembang macapat menggunakan suara merdunya. Keunikan ini memperkuat kualitas disertasi sekaligus menunjukkan keterampilan artistiknya.
Promotor Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., yang juga dikenal sebagai ahli tembang dan kakawin, turut memberikan tembang dalam sambutan penutupnya. Ia menyampaikan apresiasi atas pencapaian promovenda dan mendorongnya untuk terus meneliti.
"Saya dorong doktor baru kita untuk terus aktif meneliti dan menyumbangkan hasil kajian kepada tradisi budaya dan masyarakat yang diteliti," ujarnya.
Dalam ujian terbuka, pertanyaan juga diajukan oleh peserta (*)
@font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; }p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {""; margin:0cm; .0pt; .0pt; font-family:"Times New Roman",serif; "Times New Roman"; color:black; }.MsoChpDefault {"Aptos",sans-serif; "Times New Roman"; }div.WordSection1 {page:WordSection1;}
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA