Kepala Perwakilan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Bali Raih Gelar Doktor Kajian Budaya di FIB Unud
Kepala Perwakilan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Provinsi Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., MARS., resmi meraih gelar Doktor (Dr) setelah sukses mempertahankan disertasinya dalam Ujian Terbuka dan Promosi Doktor di Program Studi Doktor Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Senin (14/7/2025). Ujian berlangsung di Ruang Soekarno, Kampus FIB Unud, Denpasar.
Ujian terbuka ini dipimpin oleh Ketua Tim Penguji Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., dengan promotor Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, MS., serta kopromotor Dr. Nanang Sutrisno, S.Ag., M.Si., dan Dr. Drs. I Wayan Suardiana, M.Hum. Bertindak sebagai tim penguji antara lain Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., Dr. dr. AA Gede Raka Budayasa, Sp.OG Subsp. K.Fm., Dr. Dra. Ni Desak Made Santi Diwyatrhi, M.Si., dan Dr. Ni Made Ary Widiastini, S.ST.Par., M.Par.
Promovenda Ni Luh Gede Sukardiasih dinyatakan lulus dengan pujian (cumlaude). Dia adalah lulusan doktor Prodi Doktor Kajian Budaya yang ke-294.
Dalam disertasinya yang berjudul “Pergulatan Ideologi Gender dalam Wacana Sing Beling Sing Nganten di Kabupaten Tabanan, Bali”, Dr. Sukardiasih mengangkat fenomena sosial yang berkembang dalam praktik perkawinan adat Bali, khususnya terkait dengan wacana yang melegitimasi pernikahan setelah kehamilan.
Penelitian ini menyoroti bagaimana wacana sing beling sing nganten—yang berarti perempuan belum sah sebagai pengantin jika belum hamil—dibentuk oleh relasi kuasa patriarkal, dan menempatkan perempuan dalam posisi yang dilematik, baik secara fisik, mental, maupun moral. Wacana ini merefleksikan desakralisasi institusi perkawinan dan bergesernya makna relasi seksual dan kesuburan dalam budaya Bali kontemporer.
Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan analisis wacana kritis, penelitian ini mengungkap tiga fokus utama: faktor-faktor artikulasi wacana, bentuk pergulatan ideologi gender, dan implikasi dari wacana tersebut terhadap perempuan Bali.
Hasil penelitian ini menyimpulkan tiga hal sebagai berikut. Pertama, faktor-faktor di balik terartikulasikannya wacana sing beling sing nganten dalam kultur perkawinan di Kabupaten Tabanan meliputi penyebarluasan wacana dan afirmasi publik, kepastian memperoleh keturunan, hegemoni ideologi patriarki, dan legitimasi struktural.
Kedua, bentuk pergulatan ideologi gender dalam wacana sing beling sing nganten di Kabupaten Tabanan meliputi pergulatan ideologi keagamaan, pergulatan ideologi tubuh, pergulatan ideologi kesuburan, dan pergulatan ideologi kepercayaan populer.
Ketiga, implikasi pergulatan ideologi gender dalam wacana sing beling sing nganten di Kabupaten Tabanan meliputi domestikasi perempuan, beban berlipat ganda perempuan, kesadaran kritis sing nganten sing beling, dan kompromi ideologis berupa reorientasi tujuan perkawinan.
Dalam paparannya, Sukardiasih menjelaskan bahwa wacana sing beling sing nganten tidak memiliki akar tekstual maupun historis yang kuat, melainkan dibangun oleh kepercayaan populer dan narasi sosial-budaya yang dilanggengkan.
"Penyebaran wacana ini diperkuat oleh hegemoni ideologi patriarki, dorongan memperoleh keturunan, serta legitimasi struktural dan kultural yang kuat," ujar Sukardiasih.
Menariknya, ia mengusulkan pembalikan paradigma menuju konsep sing nganten sing beling yang lebih setara dan relevan dengan perspektif feminisme Bali.
Capaian ini menandai langkah penting dalam kontribusi ilmiah terhadap wacana gender dan kebudayaan Bali, serta memperkaya perspektif kritis terhadap isu kesetaraan dalam praktik sosial dan adat masyarakat (*).
@font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; }p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {""; margin:0cm; .0pt; .0pt; font-family:"Times New Roman",serif; "Times New Roman"; color:black; }.MsoChpDefault {"Aptos",sans-serif; "Times New Roman"; }div.WordSection1 {page:WordSection1;}
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA