Menampilkan Prof. Aquarini, Kuliah Umum Topik "Gender, Ideologi, dan Kajian Budaya" Berlangsung Sukses

`

Dosen kuliah umum, Prof. Aquarini Priyatna, MA, M.Hum., Ph.D.



Prodi Doktor (S3) Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana sukses menggelar Kuliah Umum Ke-1 secara daring Senin, 14 Maret 2022. Kuliah yang dibuka oleh Dekan FIB Unud itu membahas topik aktual yaitu “Gender, Ideologi, dan Kajian Budaya”.


Tampil sebagai dosen tamu yang memberikan kuliah umum adalah Prof. Aquarini Priyatna, MA, M.Hum., Ph.D., yang sehari-hari menjabat Dekan FIB Unpad. Dia juga aktif menulis buku dan melakukan riset terutama untuk bidang kajian budaya, sastra, media, dan gender.


Kuliah Umum yang dipandu oleh mahasiswa S3 Kajian Budaya Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si. itu diikuti 100 peserta terdiri dari mahasiswa dan dosen Kajian Budaya Universitas Udayana, dan juga alumni serta akademisi dari berbagai universitas di Indonesia.


Jumlah pendaftar adalah 125 orang, yang dapat ikut di zoom hanya 100 orang sesuai kapasita, sementara peserta lainnya mengikuti lewat kanal Youtube https://www.youtube.com/watch?v=N_ROUr5h5HI


Sampai berita ini diturunkan, jumlah penonton do Youtube terus bertambah, sampai berita ini disusun sudah tercatat 141 penonton.


Akademisi Aktif


Dekan FIB Unud, Dr. Made Sri Satyawati, S.S.M. Hum. saat membuka kuliah umum menyampaikan terima kasih kepada Prof. Aquarini yang merupakan akademisi yang sangat aktif dalam riset, pendidikan, dan publikasi.



Dekan FIB Unud, Dr. Made Sri Satyawati, S.S.M. Hum.


“Walaupun sibuk menjadi Dekan, beliau sempat juga berbagi pengetahun bersama kami di FIB Unud. Kami berterima kasih atas kerja samanya
sharing knowledges-nya,” ujar Dekan FIB Unud.


Dekan Made Sri Satyawati juga menyambut baik inisiatif Koprodi S-3 Kajian Budaya yang telah melaksanakan kuliah umum dengan mengundang dosen dari universitas lain sebagai bentuk kerja sama. Dekan berharap, kerja sama dan kuliah tamu seperti yang dilakukan dengan Unpad ini perlu dilanjutkan untuk kemajuan lembaga.



Korprodi Prof. I Nyoman Darma Putra

Korprodi S3 Kajian Budaya FIB Unud, Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., dalam sambutannya menyampaikan bahwa topik gender dan ideologi merupakan kata kunci penting dalam studi Kajian Budaya.


“Meskipun sudah lama hadir dalam dunia disiplin humaniora, ideologi tak pernah kehilangan daya tarik, malahan semakin penting karena selalu aktual dan kontekstual dibahas dalam berbagai konteks dan dimensi,” ujar Prof. Darma.


Di Prodi S3 Kajian Budaya, gender dan ideologi merupakan dua mata kuiah berbeda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi mahasiswa Kajian Budaya untuk memahami teori gender dan ideologi. Penguasaan baik atas kedua teori ini dapat memberikan mahasiswa atau peneliti Kajian Budaya alat analisis yang produktif.


Korprodi Prof. Darma juga menyampaikan bahwa pihaknya sengaja mengundang Prof. Aquarini sebagai narasumber, selain karena beliau akademisi muda dan terkemuka di bidang studi gender dan kajian budaya di Indonesia, juga karena beliau aktif meneliti dan banyak memenangi hibah termasuk dana dari luar negeri, seperti Sumitomo.


Kajian yang “Politis”


Dalam pemaparannya, Prof. Aquarini menyampaikan bahwa kajian budaya adalah kajian atas seni dan budaya serta aspek kehidupan lainnya yang bersifat kritis dan politis.


“Kajian budaya atau cultural studies selalu bersifat political. Bagi penekun Kajian Budaya, tidak ada yang namanya normal atau normatif, tetapi semua mengandung unsur politis di baliknya,” ujar dosen yang meraih gelar doktor dari Monash University, Melbourne, Australia.


Moderator Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si.

Kajian Budaya selalu mempertanyakan mengapa pemaknaan dan penetapan makna dilakukan sedemikian rupa, dan mencoba membongkar pemaknaan yang kelihatan alamiah padahal bersifat politis.


Kajian gender, menurut Prof. Aquarini, juga mempertanyakan praktik dan konsep atau pemaknaan yang tampak sudah alamiah padahal itu adalah konstruksi yang politis.


“Kajian gender ikut membuat Kajian budaya menjadi besar karena kajian gender berusaha membongkar tatatan yang timpang,” ujarnya.


Peserta Anak Agung Dalem bertanya.


Selama ini, banyak aspek praktik kultural yang dialamiahkan dan itu jelas dapat membuat ketidaksetaraan gender. Misalnya, memasak di dapur sering dianggap sebagai pekerjaan perempuan. Walaupun itu faktual, tetapi kalau praktik budaya itu dialamiahkan seolah-olah lelaki tidak lazim bekerja di dapur, itu yang membuat bias gender dan tentu perlu diluruskan.


Dalam presentasinya sekitar 40 menit itu, Prof. Aquarini juga membahas mengenai teori dan teknik penelitian kajian budaya.


“Kajian Budaya selalu meneliti tentang orang dan tidak pernah menggunakan istilah objek penelitian karena orang tidak bisa dianggap sebagai objek, tetapi subjek,” ujarnya.


Tanya Jawab


Sesudah presentasi itu, Prof. Aquarini mendapat banyak pertanyaan dari peserta. Pertanyaan tersebut antara lain menyangkut bagaimana cara mengurangi ketidakadilan gender, bagaimana strategi mencegah dominasi patriarkhi, apakah tabu dalam hal sekes layak dikaji, dan sebagainya.


dalam berbagai responnya, Prof. Aquarini menyampaikan bahwa berbagai diskusi dan pemahaman bersama atas tatanan gender yang timpang bisa dipecahkan bersama melalui diskusi dan penyamaan persepsi dan pendalaman pemahaman.




Sebagai contoh, dia memberikan ilustrasi, ketimpangan gender di dalam rumah tangga bisa terjadi karena perempuan selalu dianggap orang yang bertugas mencuci dan memasak. Andaikan anak perempuan menghabiskan waktu dua jam sehari, berarti 14 jam seminggu waktunya berkurang, sementara laki-laki memiliki kelebihan waktu untuk melakukan hal lain yang perempuan tidak bisa karena mendapat tugas domestik.


“Hal seperti itu jangan dianggap hal wajar dan alamiah, padahal sangat politis,” katanya.


Acara kuliah umum berlangsung hangat dan memikat. Peserta terpukau atas penyajian Prof. Aquarini, Buktinya, mereka bertahan mengikuti kuliah sampai akhir, selama dua jam.


Renata Lusilaora Siringo Ringo, S.I.Kom.


Keseluruhan acara berlangsung dua jam, diantarkan secara rapi oleh pembawa acara mahasiswa S3 Kajian Budaya, Renata Lusilaora Siringo Ringo S.I.Kom.  (dap).


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


menampilkan dosen tamu dari FIB Universitas Pajajaran (Unpad)


 


 


 


Dr. Made Sri Satyawati, S.S.M.Hum.


 


Renata Lusilaora S.