Prodi Doktor Kajian Budaya Unud Gelar Seminar Bahas Buku "Prosa Gerilya: Mengurai Kisah Ngurah Rai" Rayakan HUT Ke-22 Tahun 2023

`

Prodi Doktor Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana menggelar seminar membahas buku Prosa Gerilya: Mengurai Kisah Ngurah Rai (2023) karya Andrea Syahreza secara hibrid di Aula Widya Sabha kampus FIB Unud Denpasar, Senin, 10 Juli 2023. Acara diikuti sekitar 60 peserta secara luring, 15 daring, dan sudah disimak 77 di kanal Youtube klick.


Seminar yang dilaksanakan dalam rangka Bulan Kajian Budaya serangkaian perayaan HUT Prodi ke-22 yang jatuh 11 Juli 2023 itu dibuka oleh Dekan FIB Unud, diwakili Wakil Dekan 1 I Nyoman Aryawibawa, M.A., Ph.D. 


Dari kiri: Andre Syahreza, Dr. IGAA Mas Triadnyani, Wayan Nuriarta, S,Pd., M.Sn., Dr. Wayan Tagel eddy, Prof. Darma Putra (Foto UPIKS/ Mariani).


Seminar menghadirkan tiga pembicara yaitu, Dr. IGAA Mas Triadnyani, M.Hum. (Korprodi Sastra Indonesia FIB Unud, penyair), I Wayan Nuriarta, S.Pd., M.Sn. (ISI Denpasar, mahasiswa S3 Prodi Kajian Budaya Unud), dan Andre Syahreza (pengarang buku). Acara dipandu oleh sejarawan, Dr. I Wayan Tagel Eddy, M.S.


Dalam sambutan pembukaannya, WD1 Aryawibawa, PhD. menyambut baik acara bedah buku dan seluruh kegiatan akademik Bulan Kajian Budaya yang telah menghadirkan ahli-ahli dari dalam dan luar negeri, serta mahasiswa dan alumni. 


Wakil Dekan 1, I Nyoman Aryawibawa, M.A., Ph.D.


“Dalam lembaga fakultas atau universitas, dapur penghangat suasana akademik berada di prodi. Saya mendukung prodi-prodi melaksanakan kegiatan penghangat suasana akademik,” ujar Aryawibawa.  


Sepuluh Acara “Bulan Kajian Budaya”


Korprodi S3 Kajian Budaya, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., dalam laporannya menyampaikan bahwa dalam rangka HUT ke-22 Prodi Doktor Kajian Budaya, dilaksanakan kegiatan “Bulan Kajian Budaya”. Acara yang berlangsung Juni-Juli ini diisi dengan 10 kegiatan berupa bedah buku, seminar, kuliah tamu, dan webinar dengan pembicara ahli dari dalam dan luar negeri, dosen, mahasiswa, dan alumni. 




Tahun ini, perayaan HUT Prodi mengangkat tema “Deeply Highly Cultural Studies”.


“Semua kegiatan sesuai tema dimaksudkan untuk mengasah tingkat kepekaan dan kekritisan mahasiswa dan dosen Kajian Budaya,” ujar Prof. Darma.


Korprodi Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.


Menyinggung tentang buku yang dibahas, Darma mengatakan buku ini menarik karena sifatnya yang multidimensi. Maksudnya, buku ini ditulis dengan gaya prosa (sastra), berisi tentang sejarah (historis), menguraikan tentang wacana  pariwisata sejarah (historis tourism). 


“Karena sifatnya yang multidimensi, cocok sekali dibahas dalam konteks pendekatan cultural studies yang memang multidisipliner,” ujar Prof. Darma.


Surat Ngurah Rai.


Acara seminar diawali dengan pembacaan dua surat, yaitu surat dari tentara Belanda kepada Ngurah Rai dibaca oleh Putu Gede Dharma Aryana dan surat balasan sengit Ngurah Rai yang dibaca oleh Putu Eka Guna Yasa.


“Surat Ngurah Rai sengat estetik, seperti puisi,” ujar Guna Yasa.


Dharma Aryana (kiri) dan Guna Yasa membacakan surat Ngurah Rai.


Pembahasan dan Diskusi

Pembahasan pertama, Dr. IGAA Mas Triadnyani menekankan buku Prosa Gerilya karya Andre ini menggabungkan tiga disiplin, yaitu sastra, sejarah, dan wisata. “Topik sejarah dan wisata ditulis dengan estetik, dengan narasi dan diksi yang kuat,” ujar Dr. Mas Tri Adnyani, dosen sekaligus penyair.


Para pembahasa dan moderator.


Dalam pembahasannya, Dr. IGAA Mas Triadnyani menguraikan Prosa Gerilya menguatkan sosok Ngurah Rai sebagai pahlawan yang memiliki sisi kepribadian yang mandiri, religius, disiplin, nasionalis, adil, dan lain-lain.


"Karakter mandiri Ngurah Rai bisa dilihat dari pengalaman sekolah Ngurah Rai ke luar Bali zaman kolonial. Banyak orang Bali enggan sekolah ke luar, berarti kurang memiliki kemandirian." ujar Dr. IGAA Mas Triadnyani.




Wayan Nuriarta menguraikan info-info wisata yang serba pertama dalam prosa ini, yaitu tentang turis pertama ke Bali, hotel pertama, biro perjalanan pertama, dan seterusnya. Data ini, menurut Wayan Nuriarta, sangat menarik dan tentu saja hanya bisa dihasilkan penulisnya berdasarkan riset.


Selain itu, Nuriarta membahas sosok Ngurah Rai secara mendalam dengan melihat bagaimana proses sehingga Ngurah Rai bisa menjadi pahlawan nasional? Pertanyaan ini dibahas dengan melihat sosok Ngurah Rai dari teori modal Pierre Bourdieu.




“Dalam buku Prosa Gerilya, Ngurah Rai tampak menjadi pahlawan karena memiliki keseluruhan modal yang digambarkan Bourdieu, yaitu modal sosial, modal budaya, modal simbolik, dan modal ekonomi,” ujar Nuriarta.


Ditambahkan, modal sosial, budaya, dan simbolik itu, misalnya, adalah sosok Ngurah rai yang cerdas di sekolah, yang pernah menjadi tentara Prajoda rekrutan penjajah, memiliki kemampuan leadership.


“Yang juga menyentuh adalah uraian buku yang mengisahkan ketabahan istri Ngurah Rai ketika menghindar dari serangan musuh. Kalau sang istri salah langkah, Ngurah Rai bisa tertangkap. Jadi peran istri sangat penting,” ujar Nuriarta.




Sementara itu, penulis buku Andre Syahreza menyampaikan bahwa bentuk prosa yang diciptakannya terkait dengan latar belakang minat dan pendidikan. Sebagai orang yang pernah belajar sastra di FIB Unud, bentuk novel atau prosa adalah yang diakrabi. 


“Saya ingin menyajikan kisah Ngurah Rai dalam bentuk narasi yang lain dari yang sudah ada yang sepenuhnya bersifat historis,” ujar Andre. Namun, untuk menulis prosa ini, dia harus melakukan riset buku sejarah dan turun ke lapangan ke monumen-monumen perang Ngurah Rai.




Sesuai dengan judul bukunya, Andre benar-benar bergerilya menggali data untuk menjadikan karyanya segar, inovatif, dan cocok untuk kalangan milenial. Dalam kisah ini, Andre tidak saja mewawancari pelaku sejarah yang sempat kontak langsung dengan Ngurah Rai, tetapi juga tokoh lain yang mengenal dan memuliakan spirit perjuangan Ngurah Rai, seperti Prof. Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati (Wagub Bali), Mayjen Sonny Aprianto (Pangdam IX Udayana), Nyoman Giri Prasta (Bupati Badung), dan Prof. Dr. AAB Wirawan (sejarawan Prodi Kajian Budaya FIB Unud). Materi diramu sedemikian rupa sehingga interpretasi dan pemaknaan sejarah heroisme Ngurah Rai kian aktual. 


Banyak pertanyaan selama diskusi yang berlangsung 1,5 jam. Cucu Ngurah Rai dari putra pertama yang hadir, IGAA Nanik Suryani, M.T. menyambut baik hadirnya buku ini karena dia dan keluarga sering mendapat pertanyaan dari kalangan generasi muda apakah ada bacaan heroisme Ngurah Rai yang cocok untuk mereka.


IGAA Mas Triadnyani dan Andre Syahreza


“Banyak yang perlu digali dan diungkap dari kisah Ngurah Rai,” ujar Nanik, yang membantu Andre dengan sejumlah literatur dalam proses penulisan buku Prosa Gerilya


Peserta lain menanyakan kemungkinan mengembangkan wisata sejarah (historis tourism), sementara pemerintah yang bertanggung jawab dengan pembangunan kepariwisataan tertarik pada cultural heritage tourism




“Sejarah kemerdekaan juga memiliki monumen dan cerita yang bisa dikemas menjadi storynomics untuk membangun daya tarik wisata yang memikat wisatawan,” ujar Andre.


Berikut adalah hasil survei peserta mengenai kualitas seminar yang diolah oleh Wayan Nuriarta (dp)