Prodi S2 dan S3 Kajian Budaya FIB Unud Laksanakan Sosialisasi dan Seminar di IAHN Gde Pudja Mataram
Prodi S2 dan S3 Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya Unud melaksanakan program sosialisasi di Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Gde Pudja Mataram, Lombok, Jumat, 7 Oktober 2022 di kampus setempat.
Acara sosialisasi yang diisi dengan seminar itu diikuti 250 dosen dan mahasiswa IAN Gde Pudja, dibuka oleh Rektor Dr. Ir. Wayan Wirata, A.Ma.,S.E., M.Si.
Materi sosialisasi prodi disampaikan secara bersama oleh Koprodi S2 Kajian Budaya, Dr. I Wayan Tagel Eddy, M.S. dan Korprodi S3 Kajian Budaya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.
Rektor IAHN Gde Pudja, Dr. Wirata menyambut baik kehadiran tim dari Kajian Budaya FIB Unud untuk memberikan informasi pendidikan pascasarjana yang diperlukan.
“Kami sedang mendorong staf untuk melanjutkan studi S3 agar memiliki kualifikasi dosen yang maksimal. Terima kasih kepada Prodi Kajian Budaya yang sudah memilih kampus kami untuk sosialisasi,” ujar Rektor Wayan Wirata, alumni S2 dan S3 Kajian Budaya Unud.
Dr. Wirata memuji sifat multi dan interdisiplin Kajian Budaya yang bermanfaat untuk digunakan memahami secara kritis fenomena di masyarakat.
Koprodi S2 Kajian Budaya Dr. Wayan Tagel Eddy menerima kenangan dari Rektor Dr. I Wayan Wirata.
“Isu-isu keagamaan, religiositas, kepariwisataan, dan budaya sangat menarik dikaji kritis Kajian Budaya. Riset dan publikasi menjadi inovatif,” ujar Dr. Wirata.
Ratusan Alumni
Dalam sosialisasi tersebut disampaikan bahwa Prodi S2 dan S3 Kajian Budaya secara berurutan berdiri tahun 1995 dan 2001. Keduanya sudah menamatkan ratusan alumni bergelar magister dan doktor.
Prodi doktor sudah menamatkan 263 doktor dalam usia 21 tahun, berarti 12 doktor dalam setahun alias seorang per bulan.
Duduk kanan ke kiri: Koprodi S2 Kajian Budaya, Rektor IAHN Gde Pudja, dan Koprodi S3 Kajian Budaya.
“Prodi kami menerapkan program tamat tepat waktu sesuai tuntutan progress lembaga dengan tetap memperhatikan mutu,” ujar Korprodi S3 Kajian Budaya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.
Saat itu, Prof. Darma menunjukkan tujuh foto-foto alumni tanpa disertai teks nama, yang ternyata hampir semuanya bisa ditebak oleh peserta sosialisasi.
Ketutjuh alumni tersebut adalah Dr. Ir. Wayan Wirata, A.Ma., S.E., M.Si., Prof. Dr. I Nengah Duija (mantan Rektor IHDN Denpasar, kini Dirjen Bimas Hindu), Prof. Tjokorda Ace Sukawati, M.Si., kini menjabat Wakil Gubernur Bali), Prof. Nengah Dasi Astawa (mantan Ketua LLDikti VIII), Dr. Alit Kelakan (mantan Wagub Bali, anggota DPRRI dari PDIP), Prof I Gusti Ngurah Sudiana (Rektor UHN IGB Sugeriwa, mantan Ketua PHDI Bali), Dr. Ni Wayan Widhiasthini, S. Sos., M.Si. (Mantan anggota KPU Bali dan kini sebagai Wakil Rektor 1 Undiknas University).
Mereka adalah lulusan S3 doktor Kajian Budaya, dan sebagian besar juga S2 dan S3 Kajian Budaya FIb Unud.
“Alumni Kajian Budaya terbukti diakui, diterima, dan diberikan kedudukan terhormat di masyarakat dan lembaga pemerintahan,” ujar Prof. Darma sembari mendorong staf IAHN Gde Pudja Mataram untuk jangan ragu melanjutkan studi di Prodi S3 Kajian Budaya.
Seminar Kajian Budaya dan Kajian Pariwisata
Acara sosialisasi yang berlangsung hampir tiga jam itu, diisi dengan seminar Kajian Budaya dan Kajian Pariwisata. Penyaji seminar adalah Prof. Darma dengan judul “Kajian Budaya dan Kajian Pariwisata: Memaknai Novel Berbahasa Bali Mlancaran ka Sasak Karya Gde Srawana 1939”.
Sesuai judulnya, novel Mlancaran ka Sasak mengisahkan perjalanan wisata dua remaja Bali berpendidikan ke Lombok. Tokoh tersebut adalah Dayu Priya dan Made Serati, keduanya saling jatuh cinta tetapi karena dua alasan mereka tidak bisa melanjutkan percintaan.
Pertama, perbedaan wangsa atau kasta. Kedua, tokoh perempuan Dayu Priya sudah dijodohkan oleh ayahnya dengan keluarganya sesama wangsa brahmana karena ketika kecil Dayu sakit keras hampir meninggal dan ternyata hanya bisa disembuhkan sehingga diserahkan kepada keluarga yang mampu menyembuhkan itu.
“Ketika kecil, Dayu hampir mati. Ayahnya berkaul, kalau ada yang mampu menyembuhkan, kepadanya Dayu akan diserahkan untuk dinikahkan, dijadikan anak mantu, sebagai cara membayar utang budi,” ujar Darma.
Akan tetapi, tambah Darma, novel ini dengan kompleks melukiskan bahwa Dayu Priya hampir mati kedua kalinya, yakni dia nyaris digilas mobil dalam kecelakaan sepeda saat hujan di Bandung.
Saat itu, dia diselamatkan oleh Made Serati, tapi dia tidak bisa menyerahkan diri karena Dayu terikat pada janji orang tuanya yang menjodohkannya setelah sakit parah waktu kecil.
Selain melukiskan konflik psikologi tokohnya sekitar percintaan dan kasta, novel yang awalnya dimuat bersambung di majalah Djatajoe itu juga melukiskan bentuk dan kegiatan wisata remaja Bali ke Lombok. Novel menuturkan dengan alur indah dan bahasa yang baik di mana mereka menginap dan apa pengalamannya dalam berlibur di Sasak.
Usai melakukan sosialisasi, Rektor Dr. Wayan Wirata (dua dari kiri) mengajak tim melakukan persembahyangan di Pura Gunung Baleku, Lombok Barat.
Seminar mendapat sambutan antusias dari peserta, lebih dari 12 pertanyaan diajukan, tanda topik yang disajikan menarik dan relevan dengan minat para dosen IAHN Gde Pudja di Mataram.
Koprodi S2 Kajian Budaya Dr. Wayan Tagel Eddy dan Koprodi S3 Prof. Darma Putra berterima kasih kepada tuan rumah IAHN Gde Pudja yang memfasilitasi program sosialisasi dengan lancar dan sukses (dp)
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA