Tim Sembilan Mulai Laksanakan Persiapan Pembentukan Asosiasi Kajian Budaya Indonesia

`

Rencana pembentukan Asosiasi Kajian Budaya Indonesia (AKBI) sebagai wadah profesi bagi sarjana Kajian Budaya seluruh Indonesia mulai bergulir. 


Dalam rapat daring yang dilaksanakan Jumat, 4 Agustus 2023, Tim Sembilan membahas draf kelengkapan organisasi seperti AD-ART dan TOR untuk dibahas di dalam munas.


Munas rencananya dilaksanakan pertengahan atau akhir September 2023 di Denpasar. Semua alumni Kajian Budaya diundang hadir, begitu juga lembaga/ prodi Kajian Budaya di seluruh Indonesia.


Asosiasi diharapkan menjadi wadah networking, pengembangan profesi dan karier melalui berbagai kegiatan utamanya pendidikan, penelitian, dan pengabdian melalui kegiatan sosial dan akademik.


Disepakati bahwa asosiasi Kajian Budaya bukan saja untuk alumni Kajian Budaya Unud, tetapi juga alumni Kajian Budaya dari universitas lain. Menurut pangkalan data DIKTI, setidaknya ada sebelas prodi S2 dan S3 Kajian Budaya (dengan nama persis sama) di berbagai universitas di Indonesia. 


Tim Sembilan yang menggodok pertemuan nasional ini terdiri atas:


1.     Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. (Universitas Udayana)

2.     Prof. Dr. I Wayan Dana, S.S.T., M.Hum. (ISI Yogyakarta)

3.     Prof. Dr. La Taena, M.Si. (Universitas Haluoleo)

4.     Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. (Universitas Pendidikan Indonesia)

5.     Dr. Syafril, M.Si. (Universitas Andalas)

6.     Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. (Universitas Sumatera Utara)

7.     Dr. I Ketut Surata, M.Sc. (Politeknik Pariwisata Bali)

8.     Dr. Nanang Sutrisno, S.Ag., M.Si. (Universitas Udayana)

9.     Dr. I Wayan Suardiana, M. Hum. (Universitas Udayana)


Berbagai gagasan tentang asosiasi dibahas lewat diskusi di WA Group dan dilanjutkan dalam rapat perdana secara daring.


Rapat dibuka dan dipimpin oleh Korprodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud, Prof. Darma Putra, dengan agenda membahas draft AD-ART dan TOR Munas, serta berbagai hal teknis yang berkaitan dengan pembentukan asosiasi Kajian Budaya.


“Gagasan membentuk asosiasi yang mapan sudah muncul sejak lama, menggema kian kuat saat FGD yang dilaksanakan dalam rangka perayaan HUT ke-21 dan Reuni Alumni tahun 2022 lalu,” ujar Prof. Darma (Klick Link).


FGD Masa Depan Kajian Budaya saat kebutuhan membentuk asosiasi Kajian Budaya kuat menggema lagi.


Prof. La Taena dari  Universitas Haluoleo menyambut baik gagasan pembentukan asosiasi dan berterima kasih serta berharap bahwa impian lama ini segera bisa terwujud. 


Hal yang sama juga disampaikan oleh Prof. I Wayan Dana dari ISI Yogyakarta. ”Ide mulia ini mesti didukung, Tugas kita semua untuk mewujudkannya,” ujar Prof. Dana.


Bagi Dr. Ketut Surata, asosiasi profesi kalangan akademisi sudah menjadi keharusan dewasa ini. "Saya sangat mendukung terbentuknya asosiasi kajian budaya ini," ujar dosen Poltekpar Bali ini.


Hal yang sama juga disampaikan Dr. I Wayan Suardiana yang baru saja diangkat sebagai Korprodi S2 Kajian Budaya FIB Unud, menggantikan korprodi yang purnabhakti.


"Kami siap menyukseskan munas pembentukan asosiasi karena kita sangat membutuhkannya semisal dalam akreditasi lembaga," ujarnya.


Menurut Dr. Yuliawan dari UPI Bandung, pembentukan asosiasinya adalah PR (pekerjaan rumah) lama yang segera harus diwujudkan.”Dukungan dari alumni dan lembaga sangat diharapkan merealisasikan PR mulia ini,” ujar Dr. Yuliawan (dp).