Hasil Survei Prof. Darma Putra, Rasa Kedekatan Civitas dengan FIB Sangat Tinggi
Rasa kedekatan civitas akademika Fakultas Ilmu Budaya (FIB) terhadap lembaga tempat bekerja (sense of place) sangat tinggi. Sense of place yang tinggi itu merupakan modal sense of belonging (rasa memiliki) yang menjadi sumber dari terciptanya suasana kerja yang menyenangkan.
Demikian disampaikan Korprodi Doktor Kajian Budaya, Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt, Ph.D., dalam amanatnya selaku pembina upacara secara daring, Senin, 11 April 2022. Upacara daring dilakukan setiap Senin dengan pembina upacara secara bergantian, dari pimpinan fakultas dan para korprodi.
Dalam sambutannya, Darma Putra menyajikan data berdasarkan survei yang dilakukan dengan responden kalangan dosen dan pegawai. Angket yang dilaksanakna lewat Google Form itu diisi oleh 103 orang, dari total 142 pegawai dan dosen, berarti diisi oleh hampir 2/3 dari jumlah yang diharapkan mengisi.
Sangat Tinggi
Hasil survei menunjukkan, sebanyak 91% civitas memiliki perasaan dekat dengan lembaga tempat kerja FIB. Secara rinci, perasaan itu dari merasa dekat sekali dan seperti menyatu dengan lembaga. Hanya 8,9% yang menyatakan hubungannya dengan FIB dengan memilih jawaban “biasa-biasa saja; tidak jauh tidak dekat”.
Hanya 8,9% yang merasa hubungan biasa-biasa.
Menurut Darma Putra, tingginya sense of place atau place attachment civitas FIB dengan Lembaga yang sangat tinggi itu dapat menjadi modal memupuk sense of belonging, modal rasa memiliki, sikap positif untuk membangun kinerja yang baik.
Dalam survei itu juga tampak bahwa, civitas FIB merasakan suasana kerja sesama civitas yang menyenangkan, yang merupakan refleksi dari sense of belonging yang bisa dijadikan spirit untuk melangkah ke depan agar kinerja civitas dan lembaga semakin baik.
Rumah Kedua
Selain mengutip data angka atau persentase, Darma Putra juga mengutip data kualitatif berupa pernyataan yang mencerminkan kedekatan. “Banyak responden mengatakan bahwa FIB sudah merupakan rumah kedua mereka,” ujar Prof. Darma.
Lebih lanjut, Darma mengutip beberapa kesan seperti: “Kampus FIB adalah rumah dan tempat nafkah saya”, “FIB nafas hidup saya”, “Sejak kuliah hingga mengajar, bagi saya FIB Unud sudah seperti rumah kedua”;
“Hampir setengah memori kolektif hidup saya terbentuk di FIB”, “Tempat belajar dari mahasiswa sampai saat ini bisa mengabdi sebagai pegawai, 12 tahun yang berharga”, “Kedekatan dengan teman sejawat dan pegawai adalah seintim dengan teman sesama mahasiswa dahulu”, dan “FIB menuntun saya menjadi seperti sekarang ini”.
Kontribusi Memuliakan FIB
Perasaan kedekatan pada lembaga menjadi modal bagi civitas untuk berkontribusi dalam memuliakan FIB. Dalam hal ini, Darma mengutip komen responden mengenai usaha mereka dalam membangun institusi, seperti:
“Selalu berusaha menjadi pendidik yang baik, memotivasi, dan mendoakan agar anak didik kelak menjadi lebih unggul, dan bermartabat dari dosennya”, “Menjadi pegawai yang baik”.
Ada juga yang menulis panjang mengenai usahanya dalam “merintis BIPA dari nol”. BIPA adalah program pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. Yang lain menyampaikan upaya memuliakan FIB adalah dengan kesertaannya sebagai “panitia dalam akreditasi AUN QA serta akreditasi internasional FIBAA”;
“Menjadi visiting Professor di Institute of Languages and cultures of Asia and Africa, Tokyo University of Foreign Studies, Tokyo Jepang”, “Sudah tulis 12 Novel Dua kali jadi dosen teladan FIB 1986 ketika masih FS dan 2019”.
Poin kelima menjaga nama baik lembaga.
Selain menyampaikan usaha yang dilakukan,
ada juga civitas mengingatkan bahwa mereka berjanji "tidak mencemari
nama baik almamater".
Dalam akhir sambutannya, Prof. Darma menyampaikan bahwa spirit kedekatan civitas pada lembaga adalah modal baik untuk mengembangkan terus kinerja FIB, agar meningkat jauh ke depan dengan tetap hadir dengan spirit pengembangan sastra budaya seperti pertama FIB dibangun akhir tahun 1950-an (*).
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA