Kabar Alumni, Dr. Syairal Fahmy Dalimunthe, S. Sos., M.I.Kom: Mencari Makna di Balik Wacana

`

Dr. Syairal Fahmy Dalimunthe, S. Sos., M.I.Kom.

Angkatan 2016

Disertasi : Mediatisasi Politik dalam Pemberitaan Kasus Penodaan Agama oleh Ahok di Metro TV dan TV One


Menggali ilmu tanpa jemu mungkin kata yang tepat pada saat saya pertama kali memutuskan untuk melanjutkan studi di Program Studi Doktor Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana Bali.


Berbekal infomasi dari para alumni yang merupakan rekan sejawat di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan semakin memberi saya keyakinan untuk mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di kampus tercinta Universitas Udayana ini.


Keindahan Pulau Dewata memberikan motivasi tersendiri dalam memilih tempat studi sambil menghibur diri dengan liburan gratis. Penyamaan persepsi pada program matrikulasi yang diberikan pada awal masuk perkuliahan meluruskan pemahaman yang keliru terkait konsep awal tentang kajian budaya.


Mencari kebenaran dalam sudut pandang yang berbeda memberikan nuansa kebebasan akademik yang konstruktif berbasis keilmuan multidisipliner. Diskusi yang menarik dan dipandu oleh para Guru Besar dan dosen pakar yang sangat berkompeten dalam ranah Cultural Studies semakin memperdalam intuisi mahasiswa dalam mengkritisi kemapanan dalam sebuah realitas.

 

Kajian Budaya sebagai pilihan


Sebagai seorang Dosen yang memiliki home based di Prodi Sastra Indonesia dan berlatarbelakang pendidikan S1 bidang Ilmu Komunikasi dan S2 bidang Ilmu Komunikasi menuntut pertimbangan tersendiri dalam memilih program studi S3.


Tuntutan akan linieritas menjadi salah satu faktor penting dalam memilih program studi. Kajian budaya yang multidisipliner merupakan salah satu opsi untuk mengatasi keresahan yang muncul. Berbekal keyakinan dan informasi yang diperoleh, program studi Kajian Budaya menjadi jawaban atas kebimbangan yang terjadi.  


Dukungan bantuan pembiayaan pekuliahan melalui beasiswa LPDP BUDI-DN semakin memantapkan langkah saya dalam melalui proses perkuliahan di program Doktor Kajian Budaya Universitas Udayana.

 

Diskursus Pluralisme, Identitas, dan Multikulturalisme


Era disrupsi informasi digital yang tanpa batas, memberikan ruang tersendiri terhadap sebuah perubahan peradaban. Khalayak memiliki peran ganda sebagai konsumen sekaligus produsen informasi dalam ruang maya yang tidak bisa dilepaskan dari kepentingan tertentu.


Kesimpangsiuran berita dan informasi yang muncul berimplikasi pada polarisasi yang terjadi di tengah kehidupaan sosial. Masyarakat terbawa arus kuasa pengetahuan yang secara masif diproduksi oleh pemegang kepentingan hanya untuk pemenangan sebuah kontestasi politik.


Hal ini menjadi salah satu sorotan yang menarik bagi saya dalam memperdalam kajian Cultural Studies.


Keberagaman serta kekayaan budaya Indonesia semakin terkotak-kotakan demi pencapaian kepentingan kelompok yang dibalut oleh politik identitas dan primordialisme. Media massa yang selayaknya menjadi corong demokrasi dan penyeimbang antara rakyat dan penguasa seakan berubah haluan atas nama independensi.


Netralitas semakin pudar dalam kungkungan para oligarki yang sibuk mencari pentas. Di sinilah kontribusi penting kajian budaya untuk menyingkap tabir realitas dengan dukungan teori-teori Kuasa Pengetahuan, Analisis Wacana Kritis, Hegemoni dan lain sebagainya.


Sebagai salah seorang alumni Kajian Budaya Universitas Udayana Bali, saya turut bangga dan beruntung dapat menggali  Ilmu di Pulau Seribu Pura.


Pulau dengan keberagaman budaya dan kearifan lokal serta rasa toleransi yang tinggi memberikan nilai baru yang positif bagi saya dalam memahami pluralisme dan multikulturalisme yang dibingkai oleh azas kebhinekaan demi kedamaian Indonesia tercinta (*).