Mahasiswa Korea Selatan Raih Gelar Doktor Kajian Budaya di Universitas Udayana Lewat Kajian Film "Parasite"


Mahasiswa asal Korea Selatan, Yang En Siem Evelyn, resmi meraih gelar doktor dalam bidang Kajian Budaya dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana, setelah dinyatakan lulus dalam ujian terbuka/promosi doktor yang berlangsung lebih dari dua jam di Kampus FIB Unud Denpasar, Jumat (11/7/2025).


Evelyn dinyatakan lulus dengan predikat 'dengan pujian' (cum laude). Ia adalah lulusan doktor ke-293 di Prodi Kajian Budaya, atau doktor ke-253 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. Ujian terbuka dan kelulusan Evelyn berlangsung pada hari yang istimewa, yakni tepat pada HUT Prodi Doktor Kajian Budaya yang ke-24, yang jatuh pada 11 Juli.




Dengan meluluskan 293 doktor pada usia ke-24 tahun, berarti Prodi Doktor Kajian Budaya meluluskan rata-rata 12,2 doktor per tahun, atau satu orang setiap bulan, yang menunjukkan proses studi yang berjalan lancar.
Dalam sidang terbuka itu, Evelyn mempertahankan disertasi berjudul "Space and Discourse in 2020 Oscar-Winning Movie Parasite: Representation of Social Inequality in South Korea". Karya ilmiah ini mengupas secara mendalam kesenjangan sosial dalam masyarakat Korea Selatan melalui film peraih Oscar, Parasite, karya sutradara Bong Joon-ho.


Ujian dipimpin oleh Dr. Nanang Sutrisno, S.Ag., M.Si., dengan tim promotor disertasi yang terdiri dari Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. (promotor), Prof. Dr. I Gusti Putu Bagus Sukaarjawa, M.Si. (ko-promotor 1), dan Dr. Denok Lestari, S.S., M.Hum. (ko-promotor 2, IPBI Bali). Sementara itu, tim penguji meliputi Dr. I G. A. Alit Suryawati, S.Sos., M.Si., Dr. Ida Ayu Laksmita Sari, S.Hum., M.Hum., Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. (UPI Bandung), dan Dr. I Wayan Nuriarta, S.Pd., M.Sn. (ISI Bali).




Disertasi Evelyn menggunakan pendekatan Kajian Budaya dengan mengacu pada tiga teori utama, yakni teori semiotika Roland Barthes, teori representasi Stuart Hall, dan teori praktik sosial Pierre Bourdieu. Lewat teori-teori ini, ia mengungkap bagaimana ruang dan wacana dalam Parasite merepresentasikan ketimpangan sosial antara kelas bawah dan kelas atas di Korea Selatan.


"Film Parasite menampilkan simbolisasi ruang yang secara tajam menggambarkan kesenjangan sosial, mulai dari penempatan fisik rumah hingga cara bicara dan gaya hidup tokoh-tokohnya," jelas Evelyn dalam paparannya. Ia menambahkan, "Popularitas film ini tidak hanya menciptakan diskursus global, tetapi juga membawa implikasi sosial di Korea Selatan sendiri."




Menurutnya, kalangan bawah dalam film ditampilkan sebagai pihak yang berusaha keras namun tetap sulit menembus batas sosial yang dikuasai oleh kelas atas. "Habitus dan modal yang dimiliki tidak serta-merta membuat seseorang berpindah kelas. Parasite menunjukkan dengan lugas bahwa kenyataan sosial itu sangat kompleks dan sering kali tidak adil," ungkapnya.


Promotor utama, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memberikan apresiasi tinggi terhadap disertasi Evelyn. “Saya kagum atas kerja keras dan kerja cerdas promovenda yang bisa menyelesaikan studi tepat waktu, mendekati tiga tahun,”katanya.


Prof. Darma menambahkan, “Disertasi ini secara kritis membedah film pemenang Oscar Parasite dan menyingkap ketimpangan sosial di Korea Selatan yang kontras dengan citra populer Korea yang glowing seperti direfleksikan K-Pop dan kemajuan teknologi.”


Dalam kesempatan itu, Evelyn menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam kepada pimpinan dan mentornya di Universitas Udayana dan Seoul National University di Korea Selatan.


Evelyn sehari-hari adalah dosen di Departemen Interpretasi dan Terjemahan Melayu-Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies dan di Cyber University of Foreign Studies. Ia adalah penerjemah resmi bahasa Indonesia–Korea dan sebaliknya, terutama untuk pejabat tinggi Indonesia yang berkunjung ke Korea Selatan. Sebelumnya, Evelyn telah menyandang gelar doktor Linguistik dari Seoul National University.


Gelar Doktor Kajian Budaya merupakan gelar doktor keduanya. Ia memuji Universitas Udayana sebagai universitas ternama yang sengaja dipilih untuk belajar Kajian Budaya demi mendukung pekerjaannya sebagai dosen dan penerjemah dengan bekal ilmu pengetahuan dan analisis tentang kebudayaan. (*)