Narasi Kajian Budaya Seri K-4 Bahas Perubahan Budaya dalam Arsitektur Bali dan Mas Kawin di Nusa Tenggara Timur

`

I Made Suastika, Prodi S3 Kajian Budaya UNS Solo

 

Untuk ke-4 kalinya, Prodi Doktor S3 Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unud dan UNS Solo melaksanakan Seminar Nasional Mahasiswa (Narasi) Kajian Budaya, Jumat, 21 Juni 2024, dilaksanakan secara daring.

 

Seminar diikuti mahasiswa, dosen, dan peminat umum dengan jumlah mencapai 45 orang. Dalam Narasi ke-4 yang dimoderatori oleh Mahfud (S3 Kajian Budaya UNS) itu, tampil dua pembicara. 

 

Pertama, Made Suastika (Mahasiswa S3 Kajian Budaya UNS) dengan topik "Transformasi Bale Agung melintas Peradaban Arsitektur Bali”.



Renhat, mahasiswa S3 Kajian Budaya Unud 


Kedua, Renhat Marlianus Siki (S3 Kajian Budaya Unud) menyajikan topik "Pergeseran Praktik Pemberian Mas Kawin di NTT".

 

Dukungan AKBI


Dalam kata pengantar Narasi ke-4, Ketua Asosiasi Kajian Budaya Indonesia (AKBI), Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. menyambut baik pelaksanaan seminar ini yang merupakan hasil kerja sama apik antara Prodi Doktor S3 Kajian Budaya Unud dan UNS Solo dengan dukungan dari AKBI. 


Banyak anggota AKBI rajin ikut menjadi peserta seminar dan aktif dalam tanya jawab.



 

"Luar biasa, kini sudah jalan yang ke-4. Semoga terus bisa berlanjut untuk ajang diskusi, bersama mengembangkan ilmu Kajian Budaya," ujar Dr. Yuliawan.

 

Dalam kata pengantar sebagai pembuka webinar, Prof. Dr. Bani Sudardi, M. Hum, Dosen S3 Kajian Budaya FIB UNS, menyampaikan bahwa Kajian Budaya diharapkan dapat memberikan pencerahan kritis terhadap berbagai dinamika dan perubahan dalam masyarakat.

 

Prof. Bani menyambut baik seminar mahasiswa Kajian Budaya rintisan dua prodi doktor Kajian Budaya yaitu FIB Unud dan FIB UNS Solo.

 

Seminar ini merupakan salah satu buah dari pembentukan Asosiasi Kajian Budaya Indonesia (AKBI), yang pembentukannya di FIB Unud Oktober 2023 dihadiri oleh Prof. Bani.


Perubahan dalam Praktik Budaya

 

Walaupun membahas topik budaya yang berbeda, arsitektur Bale Agung di Bali dan topik mas kawin di NTT, keduanya sama-sama membahas aspek perubahan dalam kebudayaan sejalan dengan perubahan zaman.

 

Dalam presentasinya, Made Suastika secara detil memaparkan kronologi perubahan atau morfologi bangunan suci bale agung di Bali, sejak zaman pra-sejarah, zaman Bali Aga, Majapahit, hingga dewasa ini, peran sosok suci seperti Rsi Markandeya, Mpu Kuturan, dan lembaga adat yang memiliki posisi sentral. 

 

"Walaupun ada perubahan, keberadaan bale agung tetap abadi sebagai unsur arsitektur bangunan adat dan keagamaan di Bali," ujar Suastika yang berasal dari Sukawati, Gianyar, Bali, namun kuliah di UNS Solo.

 

Renhat menyampaikan praktik perubahan pemberian mas kawin dalam adat pernikahan di NTT, dilihat dari segi praktik, makna, dan fungsi. 

 

"Perubahan itu tampak dalam praktik yang awalnya sederhana menjadi lebih kompleks dengan penekanan pada fungsi, makna, benda simbol," ujar mahasiswa doktor Kajian Budaya FIB Unud itu.

 

Lebih jauh disampaikan Renhat bahwa dari segi makna, praktik ini berubah dari penyerahan cinta menjadi penghormatan yang lebih luas terhadap manusia, menunjukkan perkembangan dari ekspresi pribadi ke pengakuan sosial yang melibatkan lebih banyak individu dan kelompok dalam masyarakat.

 

Penutup


Seminar diisi dengan sambutan penutup oleh Kaprodi S3 Kajian Budaya FIB Unud Prof. Darma Putra dan Dra. S.K. Habsari, M. Hum., Ph.D.

 

Prof. Darma Putra menyampaikan kedua topik pembicara sangat menarik karena topik berbeda (satu tentang transformasi arsitektur Bali, satu tentang mas kawin di NTT) memiliki persamaan, yakni sama-sama melihat kebudayaan dalam lanskap perubahan yang berkelanjutan. 

 

"Perubahan menjadi keniscayaan dalam praktik budaya, dalam arsitektur atau dalam tradisi pernikahan. Walau berubah, tradisi itu terus hadir dan ada sampai sekarang sehingga tepat dilabel sebagai continuity in change," ujar Prof. Darma.



 Dra. S.K. Habsari, M. Hum., Ph.D., Koprodi S3 Kajian Budaya FIN UNS Solo


Sementara itu, Habsari, M. Hum., PhD., mendorong agar kegiatan Narasi bisa diteruskan karena menjadi medium untuk saling memberi dan menerima dalam usaha bersama mengembangkan riset bidang Kajian Budaya.

 

"Kajian Budaya atau Cultural Studies bisa memberikan pemaknaan yang mencerahkan atas berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat. Manfaatnya tak hanya bagi ilmu, tetapi juga bagi kehidupan masyarakat," ujar Kaprodi Doktor Kajian Budaya S3 FIB UNS Solo.

 

Kedua belah pihak, S3 Kajian Budaya Unud dan UNS sepakat untuk meneruskan Narasi selanjutnya (dap).