Rayakan HUT ke-21, Alumni Angkatan 2005 Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud Berikan Kado Webinar tentang Multikultural
Alumni Angkatan 2005 Prodi Doktor Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana melaksanakan webinar bertema “Multikultural dan Prospek Dialog Lintas Budaya di Era Kebebasan Berekspresi” secara daring, Rabu, 13 Juli 2022.
Webinar yang dipandu oleh Renata Lusilaora (mahasiswa Prodi Doktor Kajian Budaya Unud) ini merupakan kado dari alumni untuk Prodi Doktor Kajian Budaya yang pekan ini merayakan HUT ke-21, yang jatuh 11 Juli 2022.
Acara HUT bertema “Kritis Berlapis, Jaya Berkarya” diisi serangkaian kegiatan termasuk webinar, resepsi HUT, apresiasi kepada para mantan koprodi, dan reuni, yang dikemas dalam “Cultural Studies Week”.
Webinar Multikultural dibuka oleh Koprodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. Dalam sambutannya, Prof. Darma menyampaikan terima kasih kepada para alumni yang berpartisipasi banyak dalam meningkatkan citra akademik prodi lewat kegiatan webinar dan akademik lainnya.
“Webinar ini merupakan kado istimewa bagi prodi yang kini merayakan HUT ke-21, perayaan hari ulang tahun yang tidak pernah terjadi sebelumnya,” ujar Prof. Darma, dalam pidato pembukaan webinar.
Energi Diperbarukan
Dalam sambutan pembukaan, Prof. Darma mengumpamakan multikultural sebagai energi yang diperlukan dalam kehidupan.
Kalau dalam dunia engeri muncul wacana atau gerakan untuk mencari energi baru yang terbarukan (new and renewable energy), dalam dunia kehidupan sosial budaya, multikultural idealnya diarahkan seperti itu, misalnya menjadikan multikultural sebagai energi yang bisa diperbarui terus sesuai dengan perkembangan zaman.
“Kehidupan harmonis adalah kebutuhan, tapi perbedaan yang potensial sebagai sumber konflik adalah fakta. Untuk itulah, spirit multikulturalisme mesti diperkuat terus, diperbarui terus (continously renewed),” ujar Prof. Darma.
Peserta dan Pembicara
Webinar diikuti lebih dari 85 peserta, sebagian besar alumni Prodi Doktor Kajian Budaya Unud yang ada di berbagai daerah. Pelaksananya adalah alumni Angkatan 2005 yang tersebar di berbagai kota, seperti Bandung, Padang, Yogya, dan Jawa Timur, atau yang bertugas di Universitas Andalas Padang, UPI Bandung, ISI Yogyakarta, dan Universitas Muhammadiyah Malang.
Setelah pembukaan, tampil memberikan paparan kunci (key note speech) Prof. Dr. I Wayan Dana, M.Hum. (guru besar seni pertunjukan ISI Yogyakarta).
Ada empat narasumber yang menyajajikan materinya, yaitu Dr. Hasanudin, M.Si., Dosen Prodi Kajian Budaya FIB Universitas Andalas; Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si., dosen Pendidikan Seni Tari FPSD Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung), dan Dr. Sri Hartiningsih, M.M., dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Muhammadyah Malang, Jawa Timur.
Topik multikultural dirancang dengan menampilkan pembciara dari latar belakang berbeda, seperti Dr. Yuliawan dari Bandung dengan latar belakang Sunda, Dr. Hasanudin dari Sumatera Barat dengan latar Minang, Prof. Wayan Dana di Yogya yang berasal dari Bali, dan Dr. Sri Hartiningsih dari Malang, Jawa Timur.
Tiap-tiap narasumber membahas topik multikultural dengan pendekatan berbeda sehingga materi webinar menjadi kaya. Kekayaan itu merefleksikan perayaan keragaman multikultural.
Prof. Wayan Dana menyajikan topik multikultural sebagai konsep keharmonisan yang dibangun dari perbedaan. Dia memberikan ilustrasi dunia kesenian. “Gamelan ditabuh dari alat musik berbeda, seperti gong dan kendang, namun iramanya jadi harmonis, ekspresi dinamis yang indah,” ujar Porf. Dana.
Dalam kontkes kehidupan sosial, Prof. Dana menyampaikan perlunya unsur-unsur masyarakat untuk saling menghargai perbedaan untuk mencapai harmonis.
Dalam presentasinya, Prof. Dana menyebutkan tiga hal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan multikulatural yaitu apresiasi seni lewat pekan seni aneka daerah, pertukaran pelajar/ mahasiswa, dan dialog lintas budaya.
Dr. Yuliawan menampilkan Tari Tersiku
Dr. Yuliawan menyajikan materi tentang totalitas ekspresi dalam karya tari sebagai cermin masyarakat multikultural untuk memperkokoh keragaman budaya Nusantara. Sebelum webinar dimulai, Yuliawan yang juga seorang penari ini menyajikan Tari Tersiku, gabungan berbagai unsur tari, yang merupakan hasil kreasinya dan sudah mendapat HaKI (hak kekayaan intelektual). PenampilanTari Tersiku itu membuat webinar menjadi lebih istimewa antara karya seni dan wacana multikultural.
Toleran tapi Arogan
Dalam presentasinya, Dr Hasanudin menyampaikan bahwa masyarakat mendambakan kehidupan yang toleran akan tetapi sering bertindak secara arogan. “Kekeliruang yang sering terjadi selama ini adalah usaha menjalin kebersamaan dengan menghilangkan perbedaan. Ini keliru, bertolak dengan multikultural,” ujar Hasanudin, mantan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.
Sementara itu, Dr. Sri Hartiningsih, MM, membahas multikultural dalam konteks hubungan lintas budaya (cross cultural) yang penting diperhatikan jika ingin menjaga sosial harmoni.
“Kalau salah paham karena kurang memahami budaya, kegoncangan budaya akan terjadi,” ujar Dr. Sri yang memberikan contoh-contoh komunikasi lintas budaya yang gagal dan yang ideal, termasuk dari film “Eat Pray Love”.
Webinar yang berlangsung sekitar empat jam itu berlangsung lancar, banyak pertanyaan dari peserta sehingga diskusi menjadi menarik. Jawaban narasumber dengan latar belakang personal dan riset yang berbeda, membuat webinar tentang multikultural dan dialog lintas budaya menjadi gelangang gagasan bagaimana multikultural bisa diwujudkan dan dijaga secara dinamik, atau seperti kata Prof. Darma Putra, bisa diperbaruai sesuai semangat zaman, menjadikan multikulturalisme sebagi a renewable spirit (dap).
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA