Dua Alumni Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud Bahas tentang Perempuan Bali Menghadapi Era Disrupsi

`

"Tari Puspa Arum Bengkala" (2019) Ciptaan Ida Ayu Trisnawati (Foto Internet).


Dua alumni Prodi Doktor Kajian Budaya tampil dalam webinar membahas kehidupan perempuan Bali dalam menghadapi era disrupsi sosial dan digital, Kamis, 6 Juli 2023. 

 

Webinar dalam rangka HUT ke-22 Prodi Doktor Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana (Unud) ini berlangsung dua jam, diikuti 45 peserta langsung lewat aplikasi webex dan 50-an lewat kanal Youtube, bisa tonton di sini: Klick.


Prof. Sendratari

 

Kedua narasumber tersebut adalah Prof. Dr. Luh Putu Sendratari, M. Hum. dengan makalah “Membidik Jiwa Emansipatoris Perempuan Bali di Era Disrupsi” dan Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, SST., M.Si., dengan makalah “Representasi Identitas Kolok Bengkala dalam Tari Jalak Angguci”. 


Prof. Sendratari adalah dosen Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, sedangkan Prof. Trisnawati adalah dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Keduanya tampak saling melengkapi materi dalam membahas tema webinar “Menghadapi Disrupsi: Perempuan Bali dalam Adat dan Seni Pertunjukan”.


Prof. Trisnawati

 

Webinar dipandu mahasiswa Prodi Doktor Kajian Budaya Ida Ayu Dwita Krisna Ari yang sehari-hari adalah dosen ISI Denpasar.

 

Apresiasi untuk Alumni Berbagi


Dalam sambutan pembukaan webinar, Korprodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud, Prof. I Nyoman Darma Putra menyampaikan apresiasi kepada alumni prodi yang siap berbagai pengetahuan untuk kemajuan prodi. Mengundang alumni untuk berbagi mulai ditradisikan Prodi sejak 2022 lewat program webinar ASSIST (Alumni Sharing Session in Spelling Out Dissertation). 

 

Webinar ASSIST ini dimaksudkan untuk forum bagi alumni dan mahasiswa yang masih kuliah untuk berbagi mengenai perkembangan studi Kajian Budaya. Tahun 2022-2023, sudah dilaksanakan enam kali ASSIST, rekaman webinar mereka bisa disimak di Youtube, seperti halnya ASSIST ke-6 ini: Klick.

 

Desan flier: Dr. Ketut Sutarwiyasa, alumni Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud.



Menurut Prof. Darma, tahun 2023 ini sengaja dipilih dua alumni perempuan untuk membicarakan tentang kiprah perempuan Bali dalam menghadapi disrupsi dengan dua alasan. 


Pertama, kajian tentang perempuan sangat penting namun kurang dilakukan selama ini. Kedua, kedua perempuan yang menjadi narasumber kali ini adalah alumni Prodi Kajian Budaya FIB Unud yang baru saja memperoleh gelar guru besar. 

 

“Webinar ini menjadi kesempatan sekali lagi bagi Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud untuk mengucapkan selamat atas pencapaian gelar akademik tertinggi alumni,” ujar Prof. Darma.


Dengan tambahan dua profesor baru, Prof. Sendratari dan Prof. Trisnawati ini, sampai pertengahan 2023 ini sudah 37 orang alumni Prodi Doktor Kajian Budaya menyandang gelar profesor, Klick baca di sini.

 

Gagasan dan Karya


Materi yang disajikan kedua narasumber dalam webinar tampak saling melengkapi secara unik. Prof. Sendratari mengkaji kiprah perempuan Bali dalam era disrupsi digital. 


Prof. Sendratari, berpendapat bahwa perempuan Bali tergolong aktif dalam menghadapi disrupsi digital dengan memberikan contoh nyata, yaitu dua perempuan Bali yang sukses berkiprah dalam “Beauty Blogger” yaitu Dewa Ayu Inda dan Ni Putu Candra/Tutu. 


Presentasi Prof. Sendratari


Berkiprah di dunia digital, menurut Prof. Sendratari, membuat kedua perempuan Bali ini berhasil melaksanakan emansipatoris, bukan saja dari apa yang mereka lakukan tetapi juga pesertanya yang lintas etnik dengan latar belakang sosial berbeda. 

 

“Mereka bisa tampil mengajak perempuan untuk membahas kecantikan yang berbasis dari konsep kecantikan berbeda dari berbagai etnik. Tak hanya konsep kecantikan Bali, tetapi juga daerah lain” ujar Prof. Sendratari, yang juga sempat meneliti perempuan milenial Bali dalam dunia digital lewat profesi youtuber memperkenalkan cara majejahitan (merangkai janur).

 

Sementara itu, Prof. Trisnawati menyampaikan materi tentang hasil kreativitasnya sebagai dosen yang menggeluti dunia praktik seni tari selama lebih dari 40 tahun. Dalam webinar, dia membahas latar belakang sosial dan proses penciptaan tari untuk perempuan difabel (tuli bisu) di Desa Bengkala, Kabupaten Buleleng, Bali Utara.


Cukup banyak (2%) warga di Bengkala ini tuli-bisu, namun Prof. Trisnawati, mencoba mengangkat kehidupan sosial dan spiritnya dengan menciptakan tarian untuk mereka, sehingga mereka bisa tampil di panggung dan merasa bangga hadir sebagai pelestari budaya seperti warga Bali normal lainnya. Sebelumnya, di desa itu sudah ada seni pertunjukan lain seperti janger kolok.



Tari Baris Bebila (2017).


Prof. Trisnawati telah menciptakan tiga tari yaitu Tari Baris Bebila atau Bebek Bingar Bengkala (2017), Tari Jalak Anguci (2018), dan Tari Puspa Arum (2019), yang ditarikan oleh orang tuli-bisu. Tarian ini tetap diiringi gamelan, tetapi penarinya dilatih bergerak meliuk seirama dengan kode, dan insting dasarnya membuat mereka mampu tampil seperti penari normal. “Inilah seni pertunjukan yang meriah tetapi sekaligus senyap,” tutur Prof. Trisnawati yang juga kerap sibuk sebagai perempuan Bali dalam urusan adat.



Tari Jalak Anguci (2018)


Keberhasilan fenomenal karya perempuan Bali ini sudah mendapat ekspose dari media internasional yaitu National Geographic Klick: atau Klick .

  

Menurut Prof. Trisnawati, ide menciptakan kedua tari itu adalah untuk mengharumkan nama desa dan warga Desa Bengkala, agar bisa terkenal seperti burung jalak yang menjadi ikon burung endemik Bali (Barat). Para penari dan warga lainnya dari desa ini merasa bangga dengan tarian ini karena mereka kerap diundang pentas dalam acara ulang tahun bank atau kegiatan lain dengan sponsor badan usaha milik negara seperti Pertamina.

 

Bagi masyarakat Desa Bengkala era disrupsi bukan hal baru akibat revolusi industri 4.0 atau 5.0 tetapi sudah terjadi sejak lama karena mereka lahir sebagai difabel. Namun, atas kreativitas seniman dan akademisi, mereka terbantu dalam menghadapi disrupsi.



 

Webinar mendapat sambutan baik dari peserta, seperti bisa dilihat dari hasil survei berikut (dp).