Seminar Keandalan Analisi Wacana Kritis Untuk Studi Bahasa dan Sastra

`

Laporan Mahasiswa, Seminar Analisis Wacana Kritis

 

Prodi Doktor Kajian Budaya mendorong mahasiswa untuk rajin ikut seminar, baik sebagai penyaji maupun penyimak. Berikut adalah laporan Ida Bagus Prajna Yogi dari mengikuti seminar dan workshop yang diadakan oleh Departemen Bahasa dan Sastra FIB UGM secara hibrid, 6 Desember 2023. Selain Gus Yogya, juga ikut menyimak seminar Evelyn Yang yang mengikuti secara daring dari Korea.



R.P Dr. Johanes Haryatmoko, SJ. (baju putih)


Materi bisa disimak dalam kanal Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=1GVjyh0WIAs

 

Seminar menampilkan dua narasumber pakar filsafat dan ilmu budaya yaitu R.P Dr. Johanes Haryatmoko, SJ, dan Prof. Dr. Faruk S.U. Mereka membahas mengenai penerapan analisis wacana kritis (AWK) dalam Studi Bahasa dan Sastra.

 

Narasumber pertama, Prof Faruk menyampaikan AWK menurut Fairlough. Beliau juga menyampaian bahwa AWK tidak hanya teori dan metode yang dibangun dan dikembangkan oleh Fairclough. Sebelumnya sudah terdapat beberapa teori yang terkenal yang dapat juga dimasukkan ke dalamnya, misalnya teori dan metode analisis wacana Haliday, Fowler, Van Dijk, dan Pecheux. 



 


Meskipun demikian, menurut Jorgensen dan Phillips, mereka mempunyai lima ciri yang sama. Pertama, struktur dan proses sosial dan kultural sebagaian bersifat diskursif-linguistik. Kedua, wacana sekaligus membentuk dan dibentuk. Ketiga, penggunaan bahasa harus dianalisis secara empirik dalam konteks sosialnya. Keempat, wacana mempunyai fungsi ideologis. Kelima, penelitian kritis.

 

Narasumber kedua Romo Haryatmoko memaparkan secara gamblang mengenai perkembangan AWK dalam ranah keilmuan terutama pada bahasa dan sastra. Menurut beliau bahasa tidak lepas dari unsur relasi kuasa didalamnya dan bahasa banyak mengandung unsur kekerasan simbolik didalamnya. Oleh karena itu, penerapan AWK sangat tepat jika ingin melihat apa yang ada di balik struktur bahasa tersebut.

 

Seminar tersebut diakhiri dengan kegiatan Praktek menerapkan AWK pada teks naskah Novel. Peserti diminta narasumber Haryatmoko menerapkan metode yang dia biasa gunakan yaitu: Empat Langkah Metodologi CDA (Fairclough, 2010: 234); (1) Memfokuskan pada ‘ketidakberesan sosial dalam aspek semiotiknya; (2) Mengidentifikasi hambatan-hambatan untuk menangani 'ketidakberesan sosial' itu; (3) Apakah tatanan sosial itu 'membutuhkan' ketidakberesan’ sosial tersebut; (4) Mengidentifikasi cara-cara yang mungkin untuk mengatasi hambatan-hambatan Refleksi kritis ke empat langkah analisa ini untuk membongkar kepentingan penganalisis.



 

Bermanfaat untuk Disertasi


Menurut Evelyn Yang, seminar dan lokakarya ini sangat bermanfaat kuliah yang dibuka juga secara daring ini. 

 

“Apalagi karena saya berada di luar Indonesia. Saya dapat belajar tentang teori Fairclough, Laclau dan Mouffe, yang sangat berhubungan dengan tema disertasi saya. Terima kasih kepada pihak UGM dan para narasumber atas waktu dan pencerahan yang telah diberikan. Salam hangat di tengah turunnya salju dari Korea Selatan,” tulis Evelyn dalam kesannya (*).